RAJAWALI SAKTI

RAJAWALI SAKTI

PANCASILA DAN BUTIR-BUTIRNYA

PANCASILA

1. Belief in the one and only God (Ketuhanan yang Maha Esa)
2. Just and civilized humanity (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)
3. The unity of Indonesia (Persatuan Indonesia)
4. Democracy guided by the inner wisdom in the unanimity arising out of deliberations amongst representatives (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan)
5. Social justice for the whole of the people of Indonesia (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia)

Explanatory Points (Butir-Butir Pancasila)

Belief in the one and only God

• To believe and to devote oneself to one God according to his/her own religions and beliefs in the principle of just and civilized humanity (Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab)
• To respect and cooperate with people of different religions and belief in order to achieve harmonious living (Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup)
• To respect freedom of performing religious duties according his/her own religions and beliefs (Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing)
• To not force religions or beliefs onto others (Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain)

Just and civilized humanity

• To conform with equal degree, equal rights, and equal obligations between individuals (Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia)
• To love human being (Saling mencintai sesama manusia)
• To develop tolerant attitude (Mengembangkan sikap tenggang rasa)
• Not to be disrespectful to others (Tidak semena-mena terhadap orang lain)
• To hold high the values of humanity (Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan)
• To do humanity works (Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan)
• To be brave in defending truth and justice (Berani membela kebenaran dan keadilan)
• Indonesians should consider themselves as part of International Community, and hence must develop respect and cooperation with other nations (Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia Internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain)

The unity of Indonesia

• To protect the United Nation of the Republic of Indonesia's unity (Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia)
• Willing to sacrifice oneself for the sake of the country and nation (Rela berkorban demi bangsa dan negara)
• To love the motherland (Cinta akan Tanah Air)
• To be proud for being part of Indonesia (Berbangga sebagai bagian dari Indonesia)
• To be well-socialised in order to keep the nation's unity in diversity (Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika)

Democracy guided by the inner wisdom in the unanimity arising out of deliberations amongst representatives

• To prioritize on national and community interests (Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat)
• Not forcing one's will to other people (Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain)
• To prioritize on the culture of unanimous agreement in public decision making (Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan bersama)
• To keep the discussion until a consensus or an unanimous consent is reached embodied by the spirit of kinship (Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat diliputi dengan semangat kekeluargaan)

Social justice for the whole of the people of Indonesia

• To be just toward fellow people (Bersikap adil terhadap sesama)
• To respect other people's rights (Menghormati hak-hak orang lain)
• To help one another (Menolong sesama)
• To cherish other human being (Menghargai orang lain)
• To do useful tasks for common good and for public behalf (Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama)

Atas nama BANGSA INDONESIA

Atas nama BANGSA INDONESIA

Selasa, 01 September 2009

GERAKAN PANCASILA SAKTI



Keterangan Gambar :

1. DIVISI PUTIH : Gerakan di Bidang Kesehatan, farmasi, penyembuhan alternative, obat kesehatan,dsb. (Ahli-ahli Kedokteran, Pengobatan Alternatif, sebagai Enterpreneur dalam bidang Kesehatan)
a. Development & Research Div : Melakukan pengembangan dan penelitian tentang Ilmu kedokteran dan kesehatan.
b. Monitory Div : Mengatur peredaran ekonomi keuangan divisi putih.
c. Relationship Div : Menjalin hubungan antar Lembaga swasta maupun pemerintah dan nasional maupun intenasional
d. Social Div : Melakukan pendekatan sosial dan pendidikan sosial masyarakat sampai ke akar rumput.
e. Technical & Defense Div : melakukan gerakan secara nyata bersama-sama / menyatu dengan masyarakat dan bersama-sama dalam mempertahankannya.

2. DIVISI MERAH : Gerakan di Bidang Pembentukan karakter Budaya dan Kesenian Nasional dan dalam penegakan hukum berdasarkan nilai-nilai budaya hukum lokal. (Ahli-ahli kesenian, hukum, psikologi, budayawan, sejarahwan, seniman dan Instruktur dan guru Enterpreneur Pendidikan dan pelatihan Demokrasi “Pembentukan Karakter Bangsa dan Negara”)
a. Development & Research Div : Melakukan pengembangan dan penelitian tentang budaya local, seni dan penelitian sejarah.
b. Monitory Div : Mengatur peredaran ekonomi keuangan divisi merah.
c. Relationship Div : Menjalin hubungan antar Lembaga swasta maupun pemerintah dan nasional maupun intenasional
d. Social Div : Melakukan pendekatan sosial dan pendidikan sosial masyarakat sampai ke akar rumput.
e. Technical & Defense Div : melakukan gerakan secara nyata bersama-sama / menyatu dengan masyarakat dan bersama-sama dalam mempertahankannya.

3. DIVISI KUNING : Gerakan di Bidang Pembangunan Sosial dan Ekonomi untuk kesejahteraan sosial berdasarkan amanat UUD’45 dan Pancasila. (Ahli-ahli perekonomian, koperasi, dan perbankan sebagai konseptor ekonomi sosial dan juga ahli-ahli arsitek pembangunan dan ahli-ahli kontraktor)
a. Development & Research Div : Melakukan pengembangan dan penelitian tentang siklus ekonomi dalam kaitan kesejahteraan sosial.
b. Monitory Div : Mengatur peredaran ekonomi keuangan divisi kuning.
c. Relationship Div : Menjalin hubungan antar Lembaga swasta maupun pemerintah dan nasional maupun intenasional
d. Social Div : Melakukan pendekatan sosial dan pendidikan sosial masyarakat sampai ke akar rumput.
e. Technical & Defense Div : melakukan gerakan secara nyata bersama-sama / menyatu dengan masyarakat dan bersama-sama dalam mempertahankannya.

4. DIVISI HIJAU : Gerakan di Bidang Pertahanan Agraris berdasarkan nilai-nilai budaya lokal. (Ahli-ahli pertanian, perkebunan,
peternakan, kehuatanan, dan petanahan sebagai konseptor dalam penjagaan dan pelesatarian SDA wilayah Agraria di NKRI)
a. Development & Research Div : Melakukan pengembangan dan penelitian tentang agraria sejarah.
b. Monitory Div : Mengatur peredaran ekonomi keuangan divisi hijau.
c. Relationship Div : Menjalin hubungan antar Lembaga swasta maupun pemerintah dan nasional maupun intenasional
d. Social Div : Melakukan pendekatan sosial dan pendidikan sosial masyarakat sampai ke akar rumput.
e. Technical & Defense Div : melakukan gerakan secara nyata bersama-sama / menyatu dengan masyarakat dan bersama-sama dalam mempertahankannya.

5. DIVISI BIRU : Gerakan di Bidang Pertahanan maritim berdasarkan nilai-nilai budaya lokal. (Ahli-ahli kelautan, pertahanan kelautan,
dan perikanan sebagai Enterpreneur
dalam penjagaan dan pelesatarian SDA wilayah kelautan di NKRI)
a. Development & Research Div : Melakukan pengembangan dan penelitian tentang maritim/kelautan.
b. Monitory Div : Mengatur peredaran ekonomi keuangan divisi biru.
c. Relationship Div : Menjalin hubungan antar Lembaga swasta maupun pemerintah dan nasional maupun intenasional
d. Social Div : Melakukan pendekatan sosial dan pendidikan sosial masyarakat sampai ke akar rumput.
e. Technical & Defense Div : melakukan gerakan secara nyata bersama-sama / menyatu dengan masyarakat dan bersama-sama dalam mempertahankannya.

REVOLUSI BUMI SOS

BUDAYA

Budaya asli suatu bangsa adalah suatu budaya yang terbentuk oleh jalannya sejarah dari keadaan sosial masyarakat, cara hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, perkembangan pola-pikir dan siklus alam bangsa itu sendiri. Maka dari itu budaya dan sejarah bangsa adalah satu kesatuan yang membentuk dan membuat perubahan-perubahan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Seiring dengan jalannya sejarah bangsa Indonesia budaya dibagi menjadi tiga bagian yang disebut sebagai Budaya Sosial, Budaya Ekonomi, dan Budaya Seni. Ketiganya tersebut adalah dari satu kesatuan budaya yang satu sama lainnya tak dapat dipisahkan dan saling berkesinambungan.

Menurut perkembangan proses paradigma berpikir sesuai cara hidup dan siklus alamnya Budaya Sosial, Budaya Ekonomi dan Budaya seni bangsa ini dipengaruhi oleh 3 (tiga) hubungan yang baik, “silaturahmi” yang baik yaitu :
1. Hubungan antara manusia dengan Tuhan
2. Hubungan antara manusia dengan manusia
3. Hubungan antara manusia dengan Alam atau Lingkungannya
Ketiga hubungan tersebutlah yang membuat perubahan-perubahan sejarah yang paling signifikan membentuk sebuah mental karakter dan pola-pikir budaya bangsa apapun dan terlebih-lebih lagi bangsa ini dimana yang sangat dekat dengan alam yang “Gemah Ripah Loh Jinawi” itu sendiri.

Cara berpikir kita bukanlah seperti orang barat yaitu menekankan pada daya kognitifnya semata-mata melainkan paradigma berpikir yang menyatu dengan rasa dalam rasa kesadaran akan 3 (Tiga) sialturahmi tersebut diatas, yang diejawantahkan sebagai “Karsa” diri dalam pengabdian dalam saling menjaga hubungan baik itu, maka kemudian berkembang untuk bisa men”Cipta”kan sesuatu yang bermanfaat untuk mengembangkan kehidupannya, sehingga menjadi “Karya” baktinya yang bukan hanya sekedar mendapatkan materi saja melainkan sebuah pengabdian kepada diri dan masyarakatnya terlebih lagi pada Negaranya.

Zaman sekarang ini bangsa kita secara nasional mengalami degradasi moral yang signifikan, itu disebabkan oleh “pemerkosaan” terhadap system pendidikan dan pelatihan kerja bangsa kita, pemikiran-pemikiran kognitif barat diterapkan ke dalam system pendidikan dan pelatihan kerja tanpa adanya penyaringan-penyaringan budaya pola-pikir sehingga merusak tatanan budaya yang selama ini tertanam dengan subur di dalam hati sanubari bangsa ini. Paradigma berpikir kognitif barat menyebabkan perilaku yang “simplisistik instant” sehingga aspek-aspek dalam menjaga hubungan “silaturahmi” antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan alam menjadi “rusak”. Karena perilaku tersebut maka telah dikesampingkan kedudukan etiga hubungan yang baik itu dan kemudian hanyalah mengedepankan sisi jabatan, materi atau untung ruginya (ukuran lahir) saja, sehingga hubungan yang seharusnya berdasarkan kepada pengabdian dengan rasa cinta,kasih sayang, rasa persaudaraan, dan rasa perikemanusiaan (ukuran batin) kini telah dikalahkan oleh kepentingan jabatan,materi dan untung rugi belaka (ukuran lahir). Oleh karena perilaku yang simplisistik instan inilah yang melahirkan perilaku korupsi yang sangat menghancurkan bangsa ini!

CAKRA “Cipta,Karsa,Rasa” Inilah seharusnya yang menjadi sebuah “Cara” atau “Metodologi” Pendidikan dan Pelatihan dalam bangsa ini dalam mengatasi degradasi moral sekarang ini, karena metodologi “CAKRA” adalah benar-benar dari proses pelatihan berdasarkan sejarah perjalanan budaya lokal yang asli dalam bangsa ini. Dan Pelatihan Pembentukan Karakter Nasional Bangsa harus dilakukan secara integral yang didukung oleh media-media nasional yang ada secara menyeluruh karena pada masa-masa ini arus perkembangan tekhnologi semakin maju sehingga jika tidak dilakukan secara integral bersama-sama media akan mustahil bangsa ini dapat mencapai kesadaran nasionalisme itu.

EKONOMI

Saat ini dunia sedang krisis “3F” Food, Fuel, Financial, ini menjadi peluang usaha nasional untuk bangsa ini. Karena kekayaan alam kita yang berlimpah ruah maka dunia akan melirik Indonesia. Dalam hal ini kita harus membuat suatu kondisi nasional yang benar-benar baik dan terkontrol sehingga kita bisa bernegosiasi dengan pihak asing tidak dibawah tekanan pihak asing itu melainkan sejajar dengan mereka. Semua ini bisa terjadi jika tiap-tiap orang di Negara ini mempunyai kesadaran nasionalisme yang tinggi sebagai wujud cinta tanah airnya.. Sedangkan untuk konsepsi Ekonomi kita memilki konsepsi dari The Founding Fathers bangsa kita yaitu “Ekonomi Pancasila”.

Ekonomi Pancasila adalah suatu konsep ekonomi yang benar-benar bisa diterapkan di bangsa ini sepanjang persatuan dan kesatuan atas dasar “Gotong-Royong” yang ber-bhineka tunggal ika ini terus terjaga dengan baik Jala Sutra-nya “jaringan tali-tali silaturahmi”. Dimana-mana dalam suatu Negara jika ia mempunyai system ketenagakerjaan yang akurat dan pendidikan dan pelatihan kerja yang berkembang secara mutakhir, maka bisa dipastikan Negara tersebut akan meningkat perekonomiannya dan dengan sendirinya meningkat pula pendapatan perkapita penduduknya maka dapat dikatakan Negara itu adalah Negara yang makmur. Untuk menerapkan Ekonomi Pancasila dalam Negara ini maka pemerintah harus mengorganisir para ahli-ahli profesi semua bidang dalam suatu badan hukum yang disebut “Jala Sutra” untuk menjaring potensi-potensi ahli untuk direkrut dan diberikan pendidikan dan pelatihan kerja sesuai keahliannya agar siap ditempatkan untuk bekerja sesuai dengan bidang keahlian dan bakatnya baik didalam negeri maupun diluar negeri.

Jala Sutra adalah sebuah wadah untuk system penempatan tepadu TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dengan konsep “3 in 1” yaitu Perekrutan, Pendidikan dan Pelatihan Kerja, serta Penempatan bagi calon TKI dalam satu system yang akurat dan melibatkan semua pihak yang terkait dalam system ini. TKI akan direkrut melalui Bursa-bursa kerja didaerah-daerah kemudian Profesi-profesi yang telah ada dididik dan dilatih di balai-balai latihan kerja daerah baik milik pemerintah maupun swasta untuk mengikuti sebuah program pembentukan karakter nasional berbangsa dan bernegara dengan meningkatkan disiplin kerja dan disiplin ilmu dengan menggunakan “Revolusi Pola-Pikir” yaitu sebuah penggalian kembali alam bawah sadar untuk kembali ke jati diri bangsa ini melalui metode “CAKRA” sehingga apapun profesi akan membentuk sebuah mental yang kuat dan penuh pengabdian dan mempunyai suatu karakter mental yang tangguh dan percaya diri dalam membangun fondasi sosial ekonominya. Dan setiap Ahli-ahli profesi dikoordinasikan secara akurat dalam satu wadah besar ini “Jala Sutra” agar profesi dari macam-macam bidang yang ada (misalnya : ahli-ahli Pertanian, ahli-ahli kelautan, ahli-ahli pertambangan, ahli-ahli kedokteran) bisa lebih dikembangkan mengikuti tekhnologi-tekhnologi yang terbaru. Mereka juga harus disinergikan dengan mahasiswa-mahasiswi yang sedang menimba ilmu untuk terlibat dalam penelitian-penelitian di berbagai bidang maka dengan itu pemuda-pemudi bangsa ini bisa terlibat dengan aktif di daerah-daerah pedesaan untuk melakukan penelitian sekaligus mengembangkan potensi SDM dan SDA di daerah pedesaan khususnya di pedesaan-pedesaan yang tertinggal.

Pemerintah harus lebih berperan aktif dalam menyuburkan Ekonomi Pancasila ini dengan memberikan pelayanan yang terbaik, cepat, fleksibel dan yang lebih terpenting adalah pemberantasan Korupsi di pejabat-pejabat pemerintahan baik pusat maupun di daerah. Jika semua itu terlaksana maka pelaku usaha bersama-sama pemerintah bisa memicu pertumbuhan ekonomi agar bisa meningkat dan dengan sendirinya meningkat pula lapangan kerja supaya mereka ditempatkan mengembangkan potensi atau bakatnya tersebut dengan menempatkan mereka bekerja sesuai profesinya di dalam negeri maupun luar negeri Selain itu pemerintah harus menyediakan fasilitas kredit baik makro maupun mikro bagi mereka yang memiliki keahlian, kemampuan dan yang paling terpenting adalah kemauan untuk BERDIKARI “Berdiri di Atas Kaki Sendiri” dalam membangun fondasi sosial ekonomi keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Bicara kredit makro dan mikro adalah bicara tentang konsep ekonomi secara keseluruhan. Keseimbangan dalam pemberian kredit makro dan mikro harus seimbang pemberian kreditnya karena inti dari Ekonomi Pancasila adalah keseimbangan dalam ekonomi. Keseimbangan itu bisa terjaga selama pelaku-pelaku usaha baik dari konglomerat sampai karyawan yang sekecil-kecilnya bisa menjaga silaturahmi yang baik dengan tidak memakai ukuran lahirnya saja (jabatan, materi, dan untung rugi) melainkan harus memprioritaskan ukuran batin (cinta, kasih saying, rasa persaudaraan, rasa perikemanusiaan), karena hanya dengan itulah “Gotong-Royong” bisa tetap terjaga. Dalam pegimplementasian hal itu perusahaan-perusahaan bisa bergotong-royong dan menjalin kemitraan yang tidak hanya untuk usaha bersama namun juga dengan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia dengan koperasi-koperasi rakyat di desa untuk bersama-sama mengembangkan fondasi sosial ekonomi yang merata.

SOSIAL

Negara Indonesia adalah suatu Negara yang paling Heterogen di dunia, baik secara budaya, bahasa, kesenian, suku, agama dan aliran kepercayaan lainnya. Pancasila dengan filsafat Bhineka Tunggal Ika bukan sekedar lambang Negara yang diapakai kop-kop surat pemerintahan dan tambahan logo-logo di mobil-mobil mewah belaka yang justru telah lambang itu telah dikotori oleh segelintir pejabat korup Negara ini tanpa mengindahkan nilai-nilai filosofis budaya itu sendiri sehingga pejabat yang harusnya sebuah siloka dari “PEJuang ABdi rakyAT” telah bermetamorfosis menjadi “PEnJahAt bermartaBAT” oleh karena terlena oleh nafsu kerakusaanya akan jabatan dan materi belaka. Oleh karena itu Pancasila kini telah terkubur kembali dalam setiap aspek kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Dan untuk itu perlu disosialisasikan lagi nilai-nilai budaya moral Pancasila dalam bentuk “Program Pelatihan Pembentukan Karakter Nasional Bangsa dan Negara” kepada seluruh elemen bangsa ini terlebih lagi kaum muda agar menyadari Pancasila bukanlah sebagai alat Politik untuk penguasa yang seperti isu-isu yang sudah ditanamkan kepada mahasiswa kita, mereka harus menyadari bahwa Pancasila adalah suatu ajaran-ajaran pedoman untuk hidup berbangsa dan bernegara, bahwa bangsa Indonesia dengan Pancasilanya ini sudah terbiasa sejak zaman dahulu kala oleh keragaman-keragaman budaya, etnis, agama dan aliran kepercayaan lainnya yang cinta damai satu sama lainnya, bangsa asinglah yang selalu mengadu domba bangsa ini jika dilihat dari sejarah bangsa ini. Bangsa kita sesungguhnya bisa hidup damai satu sama lainnya karena bagi bangsa ini ada sebuah filosofi bahwa bangsa yang mulia adalah suatu bangsa yang saling menghargai, saling mencintai, dan saling memuliakan bangsa lainnya. Sebab ini kita adalah bangsa yang besar, kita harus berbangga karena hal ini, karena tidak ada satupun Negara yang membawa konsepsi dan ajaran seperti Pancasila yang digali dari sejarah dan budaya bangsa ini, jika dunia memakai konsepsi Pancasila yang digali oleh The Founding Fathers berdasarkan sejarah dan budaya bangsai ini, kelak bisa dipastikan bahwa dunia ini akan penuh dengan kedamaian.

Maka dari itu sebagai pemuda-pemudi Indonesia janganlah kita meniru-niru budaya dari bangsa lain, karena kita sudah mempunyai suatu ajaran yang berasal dari perjalanan sejarah dan budaya para leluhur kita. Dulu ketika bangsa ini telah tercerai-berai oleh karena taktik “Devide et Impera” yang disebut sebagai adu dombanya bangsa penjajah, ada segelintir pemuda yang bersatu dan mempunyai tekad untuk lepas dari cengkraman pihak asing. Dan dari segelintir pemuda yang menyadari itu pada akhirnya menyadarkan dan menyatukan pemuda lainnya di seluruh wilayah Nusantara ini. Dan kemudian saat penjajahan Jepang seorang pemuda merenungkan dengan menggali perjalanan sejarah dan budaya bangsa kita, dan keesokan harinya ia mempersembahkan “hasil galiannya” yaitu lima mutiara bangsa ini untuk bangsa ini yang kita kenal sebagai Pidato Lahirnya Pancasila oleh Bung Karno. Kemudian Bung Karno diculik dan dibawa ke Rengas Dengklok untuk secepatnya memerdekakan bangsa ini oleh pemuda yang tak sabar ingin memerdekakan bangsanya yang telah terjajah. Kemudian Indonesia Merdeka dengan diadakannya Proklamasi oleh Sang Proklamator yaitu Soekarno-Hatta.

Sang Proklamator hanya mengantarkan bangsa kita ke gerbang pintu kemerdekaan, Bung Karno pernah mengingatkan kepada kita “Janganlah engkau merasa berjasa dulu, selama masih ada isak tangis digubug-gubug pekerjaan kita belumlah selesai!” dan beliau juga pernah berkata “Revolusi Nasional kita memeang belum selesai. Semoga tidak seorangpun dari Bangsa Indonesia melupakan hal ini!” untuk itu melanjutkan jalannya Revolusi yang Romatik, Dinamis, dan Dialektik yang penuh cinta damai maka perlu membangun suatu karakter yang positif dalam menjalani kehidupan sosial berbangsa ini, maka diperlukan langkah-langkah sosialisasi dan upaya pendidikan yang besar dan berkesinambungan dengan suatu gerakan ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan dan melestarikan Sumber Daya Alamnya masing-masing yang sebenarnya merupakan tanggung jawab semua pihak, mulai dari individu, keluarga, koperasi, pengusaha, pekerja, sekolah, balai latihan kerja, juga masyarakat dan negara.Penyebab keterpurukan bangsa kita saat ini adalah karena krisis moral dan perilaku kita sendiri.

Semua itu adalah pola-pikir yang telah terbentuk dari virus-virus yang merusak pola pikir kita. Sehingga Vaksin bagi kerusakan karakter bangsa kita berada pada diri kita sendiri sebagai manusia Indonesia seutuhnya yang seyogyanya siap memajukan bangsanya. Kasus-kasus seperti perselisihan dan perpecahan antar kelompok, korupsi, buruknya pelayanan kepada publik, pengabaian pada kepentingan bangsa, konflik-konflik yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia adalah contoh nyata krisis moral sebagian bangsa kita yang sedang sakit saat ini. Maka kita harus membentuk sebuah kepemimpinan yang menyadarkan bahwa tiap-tiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri sehingga bangsa ini akan terdiri dari ratusan juta pemimpin yang insan kamil. Untuk membentuk Satria-satria piningit yang berjiwa kepemimpinan itu maka diperlukan sebuah Revolusi Pola Pikir, suatu revolusi yang membuat suatu kesadaran dimana musuh dalam tiap-tiap manusia adalah Hawa Nafsu dalam dirinya yang menguasai dirinya maka sangat diharapkan dengan Program Pelatihan Terpadu ini, bangsa kita akan sadar dengan jati dirinya bahwa semua tindak tanduk dalam hidupnya adalah sebuah moral pengabdian seutuhnya kepada masyarakat lingkungan sekitar, Negara sebagai bentuk pengejawantahan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga akan wujud suatu masyarakat yang berdasarkan Pancasila dan bercorak “NASASOS” Nasionalis (Cinta kepada Ibu Pertiwi), Agamis (Cinta kepada Sejatinya diri), dan Sosialis (Cinta kepada alam dan isinya).