RAJAWALI SAKTI

RAJAWALI SAKTI

PANCASILA DAN BUTIR-BUTIRNYA

PANCASILA

1. Belief in the one and only God (Ketuhanan yang Maha Esa)
2. Just and civilized humanity (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)
3. The unity of Indonesia (Persatuan Indonesia)
4. Democracy guided by the inner wisdom in the unanimity arising out of deliberations amongst representatives (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan)
5. Social justice for the whole of the people of Indonesia (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia)

Explanatory Points (Butir-Butir Pancasila)

Belief in the one and only God

• To believe and to devote oneself to one God according to his/her own religions and beliefs in the principle of just and civilized humanity (Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab)
• To respect and cooperate with people of different religions and belief in order to achieve harmonious living (Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup)
• To respect freedom of performing religious duties according his/her own religions and beliefs (Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing)
• To not force religions or beliefs onto others (Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain)

Just and civilized humanity

• To conform with equal degree, equal rights, and equal obligations between individuals (Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia)
• To love human being (Saling mencintai sesama manusia)
• To develop tolerant attitude (Mengembangkan sikap tenggang rasa)
• Not to be disrespectful to others (Tidak semena-mena terhadap orang lain)
• To hold high the values of humanity (Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan)
• To do humanity works (Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan)
• To be brave in defending truth and justice (Berani membela kebenaran dan keadilan)
• Indonesians should consider themselves as part of International Community, and hence must develop respect and cooperation with other nations (Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia Internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain)

The unity of Indonesia

• To protect the United Nation of the Republic of Indonesia's unity (Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia)
• Willing to sacrifice oneself for the sake of the country and nation (Rela berkorban demi bangsa dan negara)
• To love the motherland (Cinta akan Tanah Air)
• To be proud for being part of Indonesia (Berbangga sebagai bagian dari Indonesia)
• To be well-socialised in order to keep the nation's unity in diversity (Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika)

Democracy guided by the inner wisdom in the unanimity arising out of deliberations amongst representatives

• To prioritize on national and community interests (Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat)
• Not forcing one's will to other people (Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain)
• To prioritize on the culture of unanimous agreement in public decision making (Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan bersama)
• To keep the discussion until a consensus or an unanimous consent is reached embodied by the spirit of kinship (Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat diliputi dengan semangat kekeluargaan)

Social justice for the whole of the people of Indonesia

• To be just toward fellow people (Bersikap adil terhadap sesama)
• To respect other people's rights (Menghormati hak-hak orang lain)
• To help one another (Menolong sesama)
• To cherish other human being (Menghargai orang lain)
• To do useful tasks for common good and for public behalf (Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama)

Atas nama BANGSA INDONESIA

Atas nama BANGSA INDONESIA

Selasa, 01 September 2009

GERAKAN PANCASILA SAKTI



Keterangan Gambar :

1. DIVISI PUTIH : Gerakan di Bidang Kesehatan, farmasi, penyembuhan alternative, obat kesehatan,dsb. (Ahli-ahli Kedokteran, Pengobatan Alternatif, sebagai Enterpreneur dalam bidang Kesehatan)
a. Development & Research Div : Melakukan pengembangan dan penelitian tentang Ilmu kedokteran dan kesehatan.
b. Monitory Div : Mengatur peredaran ekonomi keuangan divisi putih.
c. Relationship Div : Menjalin hubungan antar Lembaga swasta maupun pemerintah dan nasional maupun intenasional
d. Social Div : Melakukan pendekatan sosial dan pendidikan sosial masyarakat sampai ke akar rumput.
e. Technical & Defense Div : melakukan gerakan secara nyata bersama-sama / menyatu dengan masyarakat dan bersama-sama dalam mempertahankannya.

2. DIVISI MERAH : Gerakan di Bidang Pembentukan karakter Budaya dan Kesenian Nasional dan dalam penegakan hukum berdasarkan nilai-nilai budaya hukum lokal. (Ahli-ahli kesenian, hukum, psikologi, budayawan, sejarahwan, seniman dan Instruktur dan guru Enterpreneur Pendidikan dan pelatihan Demokrasi “Pembentukan Karakter Bangsa dan Negara”)
a. Development & Research Div : Melakukan pengembangan dan penelitian tentang budaya local, seni dan penelitian sejarah.
b. Monitory Div : Mengatur peredaran ekonomi keuangan divisi merah.
c. Relationship Div : Menjalin hubungan antar Lembaga swasta maupun pemerintah dan nasional maupun intenasional
d. Social Div : Melakukan pendekatan sosial dan pendidikan sosial masyarakat sampai ke akar rumput.
e. Technical & Defense Div : melakukan gerakan secara nyata bersama-sama / menyatu dengan masyarakat dan bersama-sama dalam mempertahankannya.

3. DIVISI KUNING : Gerakan di Bidang Pembangunan Sosial dan Ekonomi untuk kesejahteraan sosial berdasarkan amanat UUD’45 dan Pancasila. (Ahli-ahli perekonomian, koperasi, dan perbankan sebagai konseptor ekonomi sosial dan juga ahli-ahli arsitek pembangunan dan ahli-ahli kontraktor)
a. Development & Research Div : Melakukan pengembangan dan penelitian tentang siklus ekonomi dalam kaitan kesejahteraan sosial.
b. Monitory Div : Mengatur peredaran ekonomi keuangan divisi kuning.
c. Relationship Div : Menjalin hubungan antar Lembaga swasta maupun pemerintah dan nasional maupun intenasional
d. Social Div : Melakukan pendekatan sosial dan pendidikan sosial masyarakat sampai ke akar rumput.
e. Technical & Defense Div : melakukan gerakan secara nyata bersama-sama / menyatu dengan masyarakat dan bersama-sama dalam mempertahankannya.

4. DIVISI HIJAU : Gerakan di Bidang Pertahanan Agraris berdasarkan nilai-nilai budaya lokal. (Ahli-ahli pertanian, perkebunan,
peternakan, kehuatanan, dan petanahan sebagai konseptor dalam penjagaan dan pelesatarian SDA wilayah Agraria di NKRI)
a. Development & Research Div : Melakukan pengembangan dan penelitian tentang agraria sejarah.
b. Monitory Div : Mengatur peredaran ekonomi keuangan divisi hijau.
c. Relationship Div : Menjalin hubungan antar Lembaga swasta maupun pemerintah dan nasional maupun intenasional
d. Social Div : Melakukan pendekatan sosial dan pendidikan sosial masyarakat sampai ke akar rumput.
e. Technical & Defense Div : melakukan gerakan secara nyata bersama-sama / menyatu dengan masyarakat dan bersama-sama dalam mempertahankannya.

5. DIVISI BIRU : Gerakan di Bidang Pertahanan maritim berdasarkan nilai-nilai budaya lokal. (Ahli-ahli kelautan, pertahanan kelautan,
dan perikanan sebagai Enterpreneur
dalam penjagaan dan pelesatarian SDA wilayah kelautan di NKRI)
a. Development & Research Div : Melakukan pengembangan dan penelitian tentang maritim/kelautan.
b. Monitory Div : Mengatur peredaran ekonomi keuangan divisi biru.
c. Relationship Div : Menjalin hubungan antar Lembaga swasta maupun pemerintah dan nasional maupun intenasional
d. Social Div : Melakukan pendekatan sosial dan pendidikan sosial masyarakat sampai ke akar rumput.
e. Technical & Defense Div : melakukan gerakan secara nyata bersama-sama / menyatu dengan masyarakat dan bersama-sama dalam mempertahankannya.

REVOLUSI BUMI SOS

BUDAYA

Budaya asli suatu bangsa adalah suatu budaya yang terbentuk oleh jalannya sejarah dari keadaan sosial masyarakat, cara hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, perkembangan pola-pikir dan siklus alam bangsa itu sendiri. Maka dari itu budaya dan sejarah bangsa adalah satu kesatuan yang membentuk dan membuat perubahan-perubahan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Seiring dengan jalannya sejarah bangsa Indonesia budaya dibagi menjadi tiga bagian yang disebut sebagai Budaya Sosial, Budaya Ekonomi, dan Budaya Seni. Ketiganya tersebut adalah dari satu kesatuan budaya yang satu sama lainnya tak dapat dipisahkan dan saling berkesinambungan.

Menurut perkembangan proses paradigma berpikir sesuai cara hidup dan siklus alamnya Budaya Sosial, Budaya Ekonomi dan Budaya seni bangsa ini dipengaruhi oleh 3 (tiga) hubungan yang baik, “silaturahmi” yang baik yaitu :
1. Hubungan antara manusia dengan Tuhan
2. Hubungan antara manusia dengan manusia
3. Hubungan antara manusia dengan Alam atau Lingkungannya
Ketiga hubungan tersebutlah yang membuat perubahan-perubahan sejarah yang paling signifikan membentuk sebuah mental karakter dan pola-pikir budaya bangsa apapun dan terlebih-lebih lagi bangsa ini dimana yang sangat dekat dengan alam yang “Gemah Ripah Loh Jinawi” itu sendiri.

Cara berpikir kita bukanlah seperti orang barat yaitu menekankan pada daya kognitifnya semata-mata melainkan paradigma berpikir yang menyatu dengan rasa dalam rasa kesadaran akan 3 (Tiga) sialturahmi tersebut diatas, yang diejawantahkan sebagai “Karsa” diri dalam pengabdian dalam saling menjaga hubungan baik itu, maka kemudian berkembang untuk bisa men”Cipta”kan sesuatu yang bermanfaat untuk mengembangkan kehidupannya, sehingga menjadi “Karya” baktinya yang bukan hanya sekedar mendapatkan materi saja melainkan sebuah pengabdian kepada diri dan masyarakatnya terlebih lagi pada Negaranya.

Zaman sekarang ini bangsa kita secara nasional mengalami degradasi moral yang signifikan, itu disebabkan oleh “pemerkosaan” terhadap system pendidikan dan pelatihan kerja bangsa kita, pemikiran-pemikiran kognitif barat diterapkan ke dalam system pendidikan dan pelatihan kerja tanpa adanya penyaringan-penyaringan budaya pola-pikir sehingga merusak tatanan budaya yang selama ini tertanam dengan subur di dalam hati sanubari bangsa ini. Paradigma berpikir kognitif barat menyebabkan perilaku yang “simplisistik instant” sehingga aspek-aspek dalam menjaga hubungan “silaturahmi” antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan alam menjadi “rusak”. Karena perilaku tersebut maka telah dikesampingkan kedudukan etiga hubungan yang baik itu dan kemudian hanyalah mengedepankan sisi jabatan, materi atau untung ruginya (ukuran lahir) saja, sehingga hubungan yang seharusnya berdasarkan kepada pengabdian dengan rasa cinta,kasih sayang, rasa persaudaraan, dan rasa perikemanusiaan (ukuran batin) kini telah dikalahkan oleh kepentingan jabatan,materi dan untung rugi belaka (ukuran lahir). Oleh karena perilaku yang simplisistik instan inilah yang melahirkan perilaku korupsi yang sangat menghancurkan bangsa ini!

CAKRA “Cipta,Karsa,Rasa” Inilah seharusnya yang menjadi sebuah “Cara” atau “Metodologi” Pendidikan dan Pelatihan dalam bangsa ini dalam mengatasi degradasi moral sekarang ini, karena metodologi “CAKRA” adalah benar-benar dari proses pelatihan berdasarkan sejarah perjalanan budaya lokal yang asli dalam bangsa ini. Dan Pelatihan Pembentukan Karakter Nasional Bangsa harus dilakukan secara integral yang didukung oleh media-media nasional yang ada secara menyeluruh karena pada masa-masa ini arus perkembangan tekhnologi semakin maju sehingga jika tidak dilakukan secara integral bersama-sama media akan mustahil bangsa ini dapat mencapai kesadaran nasionalisme itu.

EKONOMI

Saat ini dunia sedang krisis “3F” Food, Fuel, Financial, ini menjadi peluang usaha nasional untuk bangsa ini. Karena kekayaan alam kita yang berlimpah ruah maka dunia akan melirik Indonesia. Dalam hal ini kita harus membuat suatu kondisi nasional yang benar-benar baik dan terkontrol sehingga kita bisa bernegosiasi dengan pihak asing tidak dibawah tekanan pihak asing itu melainkan sejajar dengan mereka. Semua ini bisa terjadi jika tiap-tiap orang di Negara ini mempunyai kesadaran nasionalisme yang tinggi sebagai wujud cinta tanah airnya.. Sedangkan untuk konsepsi Ekonomi kita memilki konsepsi dari The Founding Fathers bangsa kita yaitu “Ekonomi Pancasila”.

Ekonomi Pancasila adalah suatu konsep ekonomi yang benar-benar bisa diterapkan di bangsa ini sepanjang persatuan dan kesatuan atas dasar “Gotong-Royong” yang ber-bhineka tunggal ika ini terus terjaga dengan baik Jala Sutra-nya “jaringan tali-tali silaturahmi”. Dimana-mana dalam suatu Negara jika ia mempunyai system ketenagakerjaan yang akurat dan pendidikan dan pelatihan kerja yang berkembang secara mutakhir, maka bisa dipastikan Negara tersebut akan meningkat perekonomiannya dan dengan sendirinya meningkat pula pendapatan perkapita penduduknya maka dapat dikatakan Negara itu adalah Negara yang makmur. Untuk menerapkan Ekonomi Pancasila dalam Negara ini maka pemerintah harus mengorganisir para ahli-ahli profesi semua bidang dalam suatu badan hukum yang disebut “Jala Sutra” untuk menjaring potensi-potensi ahli untuk direkrut dan diberikan pendidikan dan pelatihan kerja sesuai keahliannya agar siap ditempatkan untuk bekerja sesuai dengan bidang keahlian dan bakatnya baik didalam negeri maupun diluar negeri.

Jala Sutra adalah sebuah wadah untuk system penempatan tepadu TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dengan konsep “3 in 1” yaitu Perekrutan, Pendidikan dan Pelatihan Kerja, serta Penempatan bagi calon TKI dalam satu system yang akurat dan melibatkan semua pihak yang terkait dalam system ini. TKI akan direkrut melalui Bursa-bursa kerja didaerah-daerah kemudian Profesi-profesi yang telah ada dididik dan dilatih di balai-balai latihan kerja daerah baik milik pemerintah maupun swasta untuk mengikuti sebuah program pembentukan karakter nasional berbangsa dan bernegara dengan meningkatkan disiplin kerja dan disiplin ilmu dengan menggunakan “Revolusi Pola-Pikir” yaitu sebuah penggalian kembali alam bawah sadar untuk kembali ke jati diri bangsa ini melalui metode “CAKRA” sehingga apapun profesi akan membentuk sebuah mental yang kuat dan penuh pengabdian dan mempunyai suatu karakter mental yang tangguh dan percaya diri dalam membangun fondasi sosial ekonominya. Dan setiap Ahli-ahli profesi dikoordinasikan secara akurat dalam satu wadah besar ini “Jala Sutra” agar profesi dari macam-macam bidang yang ada (misalnya : ahli-ahli Pertanian, ahli-ahli kelautan, ahli-ahli pertambangan, ahli-ahli kedokteran) bisa lebih dikembangkan mengikuti tekhnologi-tekhnologi yang terbaru. Mereka juga harus disinergikan dengan mahasiswa-mahasiswi yang sedang menimba ilmu untuk terlibat dalam penelitian-penelitian di berbagai bidang maka dengan itu pemuda-pemudi bangsa ini bisa terlibat dengan aktif di daerah-daerah pedesaan untuk melakukan penelitian sekaligus mengembangkan potensi SDM dan SDA di daerah pedesaan khususnya di pedesaan-pedesaan yang tertinggal.

Pemerintah harus lebih berperan aktif dalam menyuburkan Ekonomi Pancasila ini dengan memberikan pelayanan yang terbaik, cepat, fleksibel dan yang lebih terpenting adalah pemberantasan Korupsi di pejabat-pejabat pemerintahan baik pusat maupun di daerah. Jika semua itu terlaksana maka pelaku usaha bersama-sama pemerintah bisa memicu pertumbuhan ekonomi agar bisa meningkat dan dengan sendirinya meningkat pula lapangan kerja supaya mereka ditempatkan mengembangkan potensi atau bakatnya tersebut dengan menempatkan mereka bekerja sesuai profesinya di dalam negeri maupun luar negeri Selain itu pemerintah harus menyediakan fasilitas kredit baik makro maupun mikro bagi mereka yang memiliki keahlian, kemampuan dan yang paling terpenting adalah kemauan untuk BERDIKARI “Berdiri di Atas Kaki Sendiri” dalam membangun fondasi sosial ekonomi keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Bicara kredit makro dan mikro adalah bicara tentang konsep ekonomi secara keseluruhan. Keseimbangan dalam pemberian kredit makro dan mikro harus seimbang pemberian kreditnya karena inti dari Ekonomi Pancasila adalah keseimbangan dalam ekonomi. Keseimbangan itu bisa terjaga selama pelaku-pelaku usaha baik dari konglomerat sampai karyawan yang sekecil-kecilnya bisa menjaga silaturahmi yang baik dengan tidak memakai ukuran lahirnya saja (jabatan, materi, dan untung rugi) melainkan harus memprioritaskan ukuran batin (cinta, kasih saying, rasa persaudaraan, rasa perikemanusiaan), karena hanya dengan itulah “Gotong-Royong” bisa tetap terjaga. Dalam pegimplementasian hal itu perusahaan-perusahaan bisa bergotong-royong dan menjalin kemitraan yang tidak hanya untuk usaha bersama namun juga dengan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia dengan koperasi-koperasi rakyat di desa untuk bersama-sama mengembangkan fondasi sosial ekonomi yang merata.

SOSIAL

Negara Indonesia adalah suatu Negara yang paling Heterogen di dunia, baik secara budaya, bahasa, kesenian, suku, agama dan aliran kepercayaan lainnya. Pancasila dengan filsafat Bhineka Tunggal Ika bukan sekedar lambang Negara yang diapakai kop-kop surat pemerintahan dan tambahan logo-logo di mobil-mobil mewah belaka yang justru telah lambang itu telah dikotori oleh segelintir pejabat korup Negara ini tanpa mengindahkan nilai-nilai filosofis budaya itu sendiri sehingga pejabat yang harusnya sebuah siloka dari “PEJuang ABdi rakyAT” telah bermetamorfosis menjadi “PEnJahAt bermartaBAT” oleh karena terlena oleh nafsu kerakusaanya akan jabatan dan materi belaka. Oleh karena itu Pancasila kini telah terkubur kembali dalam setiap aspek kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Dan untuk itu perlu disosialisasikan lagi nilai-nilai budaya moral Pancasila dalam bentuk “Program Pelatihan Pembentukan Karakter Nasional Bangsa dan Negara” kepada seluruh elemen bangsa ini terlebih lagi kaum muda agar menyadari Pancasila bukanlah sebagai alat Politik untuk penguasa yang seperti isu-isu yang sudah ditanamkan kepada mahasiswa kita, mereka harus menyadari bahwa Pancasila adalah suatu ajaran-ajaran pedoman untuk hidup berbangsa dan bernegara, bahwa bangsa Indonesia dengan Pancasilanya ini sudah terbiasa sejak zaman dahulu kala oleh keragaman-keragaman budaya, etnis, agama dan aliran kepercayaan lainnya yang cinta damai satu sama lainnya, bangsa asinglah yang selalu mengadu domba bangsa ini jika dilihat dari sejarah bangsa ini. Bangsa kita sesungguhnya bisa hidup damai satu sama lainnya karena bagi bangsa ini ada sebuah filosofi bahwa bangsa yang mulia adalah suatu bangsa yang saling menghargai, saling mencintai, dan saling memuliakan bangsa lainnya. Sebab ini kita adalah bangsa yang besar, kita harus berbangga karena hal ini, karena tidak ada satupun Negara yang membawa konsepsi dan ajaran seperti Pancasila yang digali dari sejarah dan budaya bangsa ini, jika dunia memakai konsepsi Pancasila yang digali oleh The Founding Fathers berdasarkan sejarah dan budaya bangsai ini, kelak bisa dipastikan bahwa dunia ini akan penuh dengan kedamaian.

Maka dari itu sebagai pemuda-pemudi Indonesia janganlah kita meniru-niru budaya dari bangsa lain, karena kita sudah mempunyai suatu ajaran yang berasal dari perjalanan sejarah dan budaya para leluhur kita. Dulu ketika bangsa ini telah tercerai-berai oleh karena taktik “Devide et Impera” yang disebut sebagai adu dombanya bangsa penjajah, ada segelintir pemuda yang bersatu dan mempunyai tekad untuk lepas dari cengkraman pihak asing. Dan dari segelintir pemuda yang menyadari itu pada akhirnya menyadarkan dan menyatukan pemuda lainnya di seluruh wilayah Nusantara ini. Dan kemudian saat penjajahan Jepang seorang pemuda merenungkan dengan menggali perjalanan sejarah dan budaya bangsa kita, dan keesokan harinya ia mempersembahkan “hasil galiannya” yaitu lima mutiara bangsa ini untuk bangsa ini yang kita kenal sebagai Pidato Lahirnya Pancasila oleh Bung Karno. Kemudian Bung Karno diculik dan dibawa ke Rengas Dengklok untuk secepatnya memerdekakan bangsa ini oleh pemuda yang tak sabar ingin memerdekakan bangsanya yang telah terjajah. Kemudian Indonesia Merdeka dengan diadakannya Proklamasi oleh Sang Proklamator yaitu Soekarno-Hatta.

Sang Proklamator hanya mengantarkan bangsa kita ke gerbang pintu kemerdekaan, Bung Karno pernah mengingatkan kepada kita “Janganlah engkau merasa berjasa dulu, selama masih ada isak tangis digubug-gubug pekerjaan kita belumlah selesai!” dan beliau juga pernah berkata “Revolusi Nasional kita memeang belum selesai. Semoga tidak seorangpun dari Bangsa Indonesia melupakan hal ini!” untuk itu melanjutkan jalannya Revolusi yang Romatik, Dinamis, dan Dialektik yang penuh cinta damai maka perlu membangun suatu karakter yang positif dalam menjalani kehidupan sosial berbangsa ini, maka diperlukan langkah-langkah sosialisasi dan upaya pendidikan yang besar dan berkesinambungan dengan suatu gerakan ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan dan melestarikan Sumber Daya Alamnya masing-masing yang sebenarnya merupakan tanggung jawab semua pihak, mulai dari individu, keluarga, koperasi, pengusaha, pekerja, sekolah, balai latihan kerja, juga masyarakat dan negara.Penyebab keterpurukan bangsa kita saat ini adalah karena krisis moral dan perilaku kita sendiri.

Semua itu adalah pola-pikir yang telah terbentuk dari virus-virus yang merusak pola pikir kita. Sehingga Vaksin bagi kerusakan karakter bangsa kita berada pada diri kita sendiri sebagai manusia Indonesia seutuhnya yang seyogyanya siap memajukan bangsanya. Kasus-kasus seperti perselisihan dan perpecahan antar kelompok, korupsi, buruknya pelayanan kepada publik, pengabaian pada kepentingan bangsa, konflik-konflik yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia adalah contoh nyata krisis moral sebagian bangsa kita yang sedang sakit saat ini. Maka kita harus membentuk sebuah kepemimpinan yang menyadarkan bahwa tiap-tiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri sehingga bangsa ini akan terdiri dari ratusan juta pemimpin yang insan kamil. Untuk membentuk Satria-satria piningit yang berjiwa kepemimpinan itu maka diperlukan sebuah Revolusi Pola Pikir, suatu revolusi yang membuat suatu kesadaran dimana musuh dalam tiap-tiap manusia adalah Hawa Nafsu dalam dirinya yang menguasai dirinya maka sangat diharapkan dengan Program Pelatihan Terpadu ini, bangsa kita akan sadar dengan jati dirinya bahwa semua tindak tanduk dalam hidupnya adalah sebuah moral pengabdian seutuhnya kepada masyarakat lingkungan sekitar, Negara sebagai bentuk pengejawantahan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga akan wujud suatu masyarakat yang berdasarkan Pancasila dan bercorak “NASASOS” Nasionalis (Cinta kepada Ibu Pertiwi), Agamis (Cinta kepada Sejatinya diri), dan Sosialis (Cinta kepada alam dan isinya).

Kamis, 05 Maret 2009

Revolusi Pola Pikir

Seiring jalannya sejarah bangsa in The Founding Father kita Bung Karno pernah mengatakan “Revolusimu belum selesai!”, maka dari itu mendesaklah dalam waktu sekarang ini untuk membentuk dan menggali kembali pola-pikir yang sudah terkontaminasi virus-virus yang merusak dan mengubur kembali Panca Sila sebagai budaya lokal "gotong-royong" dan nilai-nilai The Founding Fathers sebagai jati diri bangsa ini. Membangun karakter kehidupan berbangsa yang lebih baik harus dimulai dari pola pikir, terutama dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai luhur kemanusiaan termasuk kesadaran terhadap arti penting pembangunan watak karakter moral bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam seluruh aspek wawasan nusantara "IPOLEKSOSBUDHANKAM" demi tercapainya kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapun Virus-virus yang menyerang dari pemikiran yang merusak moral-moral dan sendi-sendi Panca Sila itu adalah :

1. "Virus fundamentalis agamis" dimana masing-masing agama menunggalkan kebenarannya masing-masing dan cenderung mengarah ke fanatisme agama yang justru saling bermusuh-musuhan bukannya membuat perdamaian di bangsa yang paling heterogen ini.
2. "Virus Kelirumologi" yaitu sebuah virus yang sering membuat salah kaprah dalam memahami gejala-gejala sosial dalam masyarakat seperti sikap yang suka bergunjing dan bergosip dianggap kebiasaan, hedonisme yang merupakan dasar alasan koruptor menjadi sebuah keharusan oleh karena tuntutan pergaulan dengan materi dan jabatan sebagai tolak ukur dalam bermasyarakat.
3. "Virus Neo-Imperialisme" yaitu virus yang membuat bangsa ini merasa “bangsa kambing” dan merasa Inlander terhadap bangsa lain. Tetapi ingatlah kata Bung Karno “siapa yang bisa merantai suatu bangsa, kalau semangatnya tak mau dirantai? siapa yang bisa membinasakan suatu bangsa kalau semangatnya tidak mau dibinasakan?”, dan juga kata Bung Hatta “ Lebih suka kami melihat Indonesia tenggelam kedasar lautan, daripada melihatnya sebagai embel-embel abadi pada Negara asing” Begitulah pesan-pesan untuk menginsyafi nasionalisme oleh Bung Karno dan Bung Hatta sebagai The Founding Fathers bangsa ini.
4. "Virus Individualisme" yang menggerus rasa perikemanusiaan yang melupakan bahwa kita adalah makhluk sosial sehingga justru membentuk perilaku manusia yang acuh tak acuh dan sangat mementingkan dirinya sendiri sehingga tidak bisa lagi merasakan penderitaan saudara sebangsa dan setanah airnya yang menderita akibat kemiskinan,
5. "Virus Pragmatisme" dimana virus ini akhirnya akan menunggalkan kebenarannya masing-masing akibat pragmatisme berpikir ini menimbulkan kebenaran yang satu tidak menghargai kebenaran yang lainnya dan sering kali kekecewaan atas kebenarannya yang tidak diterima justru menimbulkan kerusuhan yang membuat perpecahan, pertengkaran yang memakai topeng suku-suku,agama-agama yang sangat meresahkan masyarakat.

Inilah virus-virus yang timbul dari pola pikir yang diracuni dari dalam maupun luar diri kita sebagai bangsa yang berpedoman kepada Panca Sila ini sehingga kini telah hilang kepercayaan dirinya oleh karena pola pikirnya sendiri yang justu membelenggu kemerdekaan berpikirnya. Inilah Revolusi terberat yang harus dihadapi sebuah bangsa apapun. Dan bangsa apapun itu akan diambang kehancuran karena melupakan dua hal yang sangat mendasar dalam pola-pikir yaitu budaya dan sejarah bangsanya. Inilah Revolusi Pola Pikir dimana yang menjadi musuh terbesar kita adalah hawa nafsu dalam diri kita sendiri degan berbagai macam kepentingan hawa nafsunya. Revolusi Pola Pikir adalah Proses pembedahan alam bawah sadar pola pikir untuk kembali pada jati diri sehingga membentuk suatu karakter bangsa yang sesuai dengan jiwa dan semangat Panca Sila, Nilai-nilai budaya luhur dan The Founding Fathers bangsa ini untuk kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka Revolusi ini diperlukan karena telah bergesernya tatanan serta nilai-nilai budaya luhur masyarakat di masa-masa kemerdekaan dahulu dengan tatanan yang ada dalam masyarakat saat ini. Suatu Revolusi “dimasa kebangunan ini, maka sebenarnya tiap-tiap orang harus menjadi pemimpin, menjadi guru.” (Di Bawah Bendera Revolusi jilid I – Ir. Soekarno)

Mari kita bersama-sama dan bersatu padu seluruh elemen bangsa ini untuk "Revolusi Pola Pikir" dimana yang menjadi musuh terbesar bagi manusia adalah hawa nafsu dalam dirinya sendiri.

"5 Virus yang merusak sendi-sendi Panca Sila" Virus ke-V Pragmatis

Virus ke-V Pragmatis

Ketika kita berpegang teguh kepada sesuatu apapun itu yang kita anggap benar pada saat itulah saat yang tepat virus ini bekerja, ia akan membentuk suatu keadaan fanatisme yang berlebihan sehingga menunggalkan kebenarannya itu sendiri tanpa menghargai kebenaran yang lainnya. Dan pada saat manusia menunggalkan kebenarannya sendiri itu hanyalah sebuah kebohongan besar. Inilah suatu keadaan dimana pikiran yang tadinya merdeka menjadi budak-budak pragmatisme berpikirnya sendiri, yang akhirnya menutup pintu keilmuannya untuk hidup dalam kehidupannya. Saat inilah pikiran menjadi tidak merdeka dalam menimba ilmu karena ia sulit menerima kebenaran orang lain padahal kebenaran itu tidaklah tunggal dimata manusia. Dasar penyataan itu adalah perkataan dari Nabi Muhammad SAW yang mengatakan “bisa jadi apa yang kamu cintai adalah yang kamu benci dan bisa jadi apa yang kamu benci adalah yang kamu cintai” disinilah seorang Nabi menekankan pada umatnya jika kebenaran itu tidak tunggal dalam kacamatanya seorang manusia karena pemikiran akan berkembang seiring jalannya sejarah yang membentuk suatu masyarakat. Dengan berkembangnya masyarakat maka berkembang pulalah pemikirannya menurut semakin Heterogennya masyarakat yang terbentuk.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling Heterogen di dunia, apa jadinya kalau karakteristik bangsa ini dipenuhi manusia-manusia yang berpikiran pragmatis? Terjadilah seperti keadaan sekarang ini dimana terjadi pertengkaran antar suku, ras, agama, partai dan golongan. Jika dahulu kala bangsa ini bisa bersatu itu adalah karena bangsa ini masih mempunyai jati diri sehingga tidak terpengaruh virus-virus pragmatis yang masuk dari luar. Tetapi keadaan sekarang sangatlah mudah membuat suatu perpecahan di negeri ini, sangatlah mudah pemikiran anak bangsa diputarbalikkan lalu dibenturkannya kepada anak bangsa lainnya. Inilah keadaan dimana virus Pragmatis telah menguasai pikiran pemuda-pemudi bangsa ini sehingga pemikiran yang dulunya merdeka kini telah hilang bahkan telah mengubur kembali jati dirinya sebagai bangsa yang bermartabat, telah mengubur kembali nilai-nilai nenek moyang dan The Founding Fathers bangsa ini sebagaimana yang terumus dalam sebuah falsafah hidup bangsa yaitu “Panca Sila”. Dahulu kala bangsa ini mempunyai jati diri yang berbudi luhur dari budaya turun-temurun para leluhurnya. Budaya-budaya seperti “Gotong-Royong dan Gugur Gunung”, yaitu bersatu untuk mengerjakan sesuatu yang baik secara bersama-sama dan untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama. Ada pula istilah “Manyama Braya” yang merupakan budaya Bali asli yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “Saudara lain Agama”, walaupun beda agama tidak di cap buruk seperti “Kafir atau Domba Tersesat!” tetapi saling menghargai keyakinan masing-masing, saling toleransi, dan saling mencintai satu sama lainnya. Adapun Budaya Kalimantan “Paguntaka” yang berarti “Rumah kita bersama” dimana tamu asing yang datang dianggap bagian dari keluarga tanpa pandang bulu dan dilayani seperti layaknya orang yang mempunyai hubungan persaudaraan yang erat baginya. Dan banyak lagi budaya-budaya asli bangsa Indonesia yang lainnya adalah sebagai obat hati dari bangsa yang beradab dan bermartabat ini untuk kondisi bangsa sekarang yang sedang sakit akibat krisis moral ini. Suatu bangsa apapun akan mengalami suatu krisis moral jika suatu bangsa itu melupakan dua hal yaitu Budaya dan Sejarah bangsanya sendiri.


Virus pragmatislah yang membuat bangsa ini sangat mudah dipecah-belahkan untuk diadu-domba dan dibenturkan sesama saudara sebangsanya sendiri seperti yang telah terjadi pertentangan antara Soekarnois dan Soehartois, seolah-olah diisukan dan dikupas keburukan dan kelemahan dua tokoh Bangsa itu sehingga bangsa ini lupa dengan jasa-jasanya dan hanya menyimpan dendam yang sia-sia terhadap dua tokoh tersebut. Seharusnya bangsa ini menghargai jasa-jasa beliau dan menjadikan contoh yang baik bagi generasi penerus yaitu anak cucu kita agar mereka tidak tersesat seperti kita karena suatu bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya serta menjadikan contoh perilaku yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada juga Kristenisasi dan Islamisasi, sesama umat Islam, sesama umat Kristen bahkan antara Islam dan Panca Sila, seolah-olah bangsa ini selalu bertentangan dalam masalah agama karena sesama umat beragama saling menunggalkan kebenarannya tanpa menghargai kebenaran orang lain, padahal dalam ajaran Islam ada ayat yang menyebutkan “Lakum dinukum waliadin” yang artinya untukmu agamamu, untukku agamaku, disini Islam justru menekankan untuk menghargai keyakinan umat lainnya. Dan seseungguhnya Islam tidak pernah membatasi umatnya untuk berpikir malahan di Al-qur’an terdapat banyak kata-kata yang menyuruh umat Islam untuk berpikir seperti “wahai kaum muslimin tidakkah kamu berfikir, bagi kaum yang berfikir, wahai orang yang berfikir” bahkan Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang berilmu tentunya dengan berfikir. Jadi Islam dan Agama lainnya tidak membatasi umatnya untuk berpikir yang dibatasi adalah perilaku umatnya agar tidak merugikan dirinya dan orang lain disekitarnya.

Bangsa ini telah lupa dengan jati dirinya sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat oleh karena perbedaanlah yang justru menyatukan bangsa ini dimana nilai-nilai luhur bangsa ini menganggap perbedaan itu adalah suatu anugerah Illahi seperti pelangi bersatunya warna pelangi yang terlihat begitu indah menghiasi ruang langit luas. Ketika dulu itu pola-pikir bangsa kita sangatlah merdeka, sangat menghargai perbedaan pendapat orang lain, sangat menghargai kebenaran orang lain. Itulah nilai-nilai yang terdapat dalam Musyawarah untuk mufakat dengan memakai azas kekeluargaan sebagai budaya asli bangsa ini. Namun hari ini bangsa ini telah lupa akan budayanya itu, pikirannya kini telah dikuasai oleh kepragmatisan dirinya yang akhirnya menimbulkan perilaku yang simplisistik instant, sebentuk perilaku yang tidak mau susah mendapatkan materi atau kekuasaan politik, maunya selalu mudah dan cepat, maka terjadilah saling ber”money politic” seperti sekarang ini dimana para calon pejabat politik tidak membina hubungan persaudaraan secara langsung kepada rakyat kecil yang akhirnya akan terjadilah pertentangan-pertentangan politik berdasarkan kepentingannya masing-masing dengan memanfaatkan rakyat kecil untuk memperoleh kekuasaan politiknya. Kini bangsa ini seperti katak dalam kotak, ketika katak dialam bebas ia bisa melompat melebihi 20 kali tubuhnya tetapi ketika di dalam kotak ia hanya bisa melompat hanya mengikuti ruang kotak itu. Jika dilepaskan ia akan mengikuti kebiasaanya melompat dalam kotak itu. Kotak pragmatis dalam pikiran bangsa inilah yang membatasi bangsa ini untuk maju dan bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya demi kemakmuran dan kebesaran bangsanya. Bung Karno pernah mengingatkan bangsa ini bahwa kebesaran dan kemakmuran suatu bangsa apapun tidaklah jatuh gratis dari langit, semua kemakmuran dan kebesaran suatu bangsa adalah sebuah proses” kristalisasi keringat” bangsa itu sendiri.